Satu cerita di Tg. Lesung

(Sabtu, 14 November 2009)

Dari ke empat unsur yang ada di bumi ini, unsur air memang untukku. Apapun itu, laut, tanjung, pantai, laguna, curug ,sungai sampai danau dapat membuat auraku kembali tenang. Seperti minggu kemarin. Di saat tubuhku butuh akan penyegaran karena beberapa tugas di kampus yang sempat membuat hectic, akhirnya aku dan Hawa Seronok bisa merealisasikan salah satu kunjungan yang ada di list we-must-have-to-do-trip kami. Menyambangi pantai Tg. Lesung.

Tg lesung yang terletak di barat provinsi Banten memang terbilang masih sepi dibandingkan tetangganya, pantai anyer. Dinamakan Tg. Lesung karena memiliki lokasi berupa daratan yang menjorok ke laut, dan masyarakat setempat menganggap hal tersebut mirip dengan ujung lesung, alat tradisional penumbuk padi. Berikut lokasi Tg. Lesung.



Memasuki kawasan wisata pantai Tg.Lesung, kami disuguhkan jejeran pepohonan yang rindang dan jalan aspal yang sangat rapi. Sepertinya pengelola lokasi sangat merawat keindahan lokasi ini. Sebelumnya juga banyak sekali papan petunjuk jalan untuk para wisatawan yang ingin menuju ke Tg. Lesung, jadi jangan khawatir tersesat.
Karena sebelumnya salah satu dari teman kami pernah survei ke Tg. Lesung, maka dia dengan mantapnya mengarahkan mobil menuju Beach Club Tg. Lesung. Sebelum memasuki kawasan Beach Club tersebut, kami harus melawati pos penjaga dan dikenakan bea masuk sebesar Rp.7.000,-/orang. Oia, tujuan utama kami menyambangi pantai ini adalah menikmati taman laut dengan cara yang aman dan mudah a.k.a snorkeling, karena beberapa diantara kami ada yang belum bisa renang.



Setelah sampai di Beach Club, kami disambut oleh suasana pantai yang cukup sepi. Seperti pantai pribadi saja. Ada pula beberapa wisatawan domestik. Namun tetap saja tidak membuat spot pantai tersebut ramai. Semilir angin yang membawa wangi pesisir, lembut menerpa kulit yang tidak tertutupi bahan pakaian. Pasir yang lembut memanggil kaki – kaki untuk melepaskan alasnya agar dengan segera membelai butiran-butiran yang halus berwarna putih-krem nan eksotis..



Setelah sejenak menikmati alam pesisir yang rupawan dan menghentikan waktu sejenak lewat beberapa jepretan untuk sebuah kenangan, salah satu teman mengajak untuk snorkeling. Saat itu waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB. Cuaca tidak begitu panas. Dengan anggukan dan kata ‘oke’, kami mengiyakan usulan tersebut. kami pun langsung mendatangi bagian informasi yang juga merupakan tempat pemesanan untuk berbagai macam olah raga air di Tg Lesung.



Jeng jeng. Sesampainya di tepat penyewaan, kami agak siyok sedikit, ternyata harga permainan dan olah raga air disini tergolong mahal. Untuk snorkeling saja dikenakan biaya Rp.50.000,-/jam. Banana Boat Rp.75.000,-/orang/15 menit, Jet ski Rp. 200.000,-. huff,, Lumayan membuat dompet tipis. Disini pun belum ada mesin ATM ataupun pembayaran lewat kartu kredit, jadi kita tidak bisa membayar dengan pundi – pundi digital yang biasa kita lakukan di kota.

Oke, selanjutnya kami pun memilih bersnorkeling ria untuk permulaan. Persiapan kurang lebih 15 menit untuk membuat kami semua nyaman akan pipa snorkeling dan kaca muka bening, setelah itu seorang guide menemani kami menuju spot area untuk snorkeling dengan menaiki sebuah perahu karet berkapasitas 10 orang. Sesampainya di snorkeling area, kami pun di lepas bebas sampai satu jam ke depan. Sayang sekali aku tidak punya kamera tahan air. Taman bawah laut di Tg. Lesung benar – benar nyata indah, salah satu temanku ada yang menemukan clown fish, si nemo dalam film finding nemo. aku juga sempat melihat teman ayahnya nemo yang perempuan itu, lupa nama jenisnya. Terumbu karangnya pun masih sangat bagus. Rapih dan cantik. Intinya, tak pernah menyesal mencoba snorkeling disana. Tapi kurang lama. Satu jam itu ternyata sangat singkat.




Setelah selesai bermain air, kami pun membersihkan diri. Selanjutnya, kami pun makan siang, pop mie yang kami bawa dari rumah ternyata mampu mengganjal perut kami yang kosong. Itu pun setelah di tambah roti susu dan biscuit. Niat untuk makan di restaurant sudah kami urungkan sejak malam sebelumnya, karena teman kami yang sudah survey mengatakan bahwa harga makanan disana menakjubkan. Dan saat aku check. Waw,, nasi goreng dihargai Rp. 30.000,-/ porsi. Aje gile. So, kami pun sudah mempersiapkan perbekalan agar terhindar dari kebimbangan antara kelaparan atau dompet yang tiba-tiba mengidap anorexia.

Cuaca mulai memanas. Gerah. Angin sepertinya enggan untuk menari diantara kami. Waktu menunjukkan pukul 1 siang. Sengatan matahari cukup membuat kulit belang. Kami pun berniat pulang. Namun salah satu temanku mengatakan ada pantai lain di Tg. Lesung ini. Pantai bernama kalicaa. Dan dia berhasi membuat kami menganggukan kepala dan menyetujui untuk menyambangi pantai yang ia sebutkan tadi. Mumpung masih di Tg.Lesung.



Ternyata pantai kalicaa telah berubah nama menjadi The Bodur Beach. Hmm aku sendiri tak sempat bertanya kenapa nama pantai tersebut diganti. Yang pasti saat itu terik sekali sinar sang pusat tata surya. Membuat kami tidak ingin berlama – lama di tempat itu. Kurang dari setengah jam kami bertahan disana. Mungkin jika sengatan matari tak seganas itu, kami pasti mampu berjam – jam memandangi ke-seksian-an The Bodur Beach a.k.a Kalicaa. Lagi pula sang empunya mobil ada janji jam 4 di Serang. So, kami pun harus angkat kaki meninggalkan daerah pesisir yang berbentuk lesung itu. Oia, untuk masuk ke kawasan The Bodur beach juga dikenakan biaya. Rp. 6.000,-/orang. Yang pasti, kenangan akan Tg. Lesung akan selalu membuat Lesung manis di pipi kami ketika kami mengingatnya. ;-)

0 komentar:

Posting Komentar