Sekolah Rakyat dan Egoisme Positif

5 Februari 2010


(si cangkir Penyemangat)

Terletak di kaki gunung geulis, Jatiroke, Jatinagor, tempat ini (SR) bentuknya seperti ruang kelas dengan dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Sederhana namun cukup nyaman. Selalu, saat saya menjejakkan kaki ke sekolah mungil ini, saya kembali merasakan aura semangat murni. Para wajah lucu yang polos dan malu- malu menatap saya. Waktu itu, Ketika saya tahu klo LPPMD Unpad menjadikan SR sebagai salah satu prokernya, saya sangat antusias sekali. Menurut saya hal ini yang paling realistis dari implementasi isu tahunan LPPMD waktu itu, “pendidikan yang terbuka, partisipatif dan mudah diakses” untuk masyarakat. Kami pun akhirnya membuat suatu program pengajaran yang mengajarkan soft skill lewat 4 kelas tiap minggunya, Public speaking, menulis, iptek, dan bebas.

Sekolah rakyat (SR) merupakan sekolah informal yang hanya memilki satu kelas kecil dan belum ada apa – apanya jika dibandingkan tempat – tempat semacamnya. SR minim fasilitas, pengajar, dan juga materi pengajaran. Tapi, SR ada. SR tetap hidup dan bertahan dari kendala – kendala yang ada. Semangat anak – anak itu yang mebuat SR ini tetap bernafas. Anak – anak kampung yang ingin belajar. Semangat murni yang di dalamnya terdapat berbagai harapan. Walau terkadang bosan dan lelah melanda, toh mereka selalu datang dan ada untuk mendengarkan kami, kakak – kakak pengajar yang berusaha membagi ilmu yang juga masih minim.

Untuk saya sendiri SR adalah suatu cangkir semangat, karena ketika saya menyentuhnya, cangkir yang berisi semangat itu akan langsung luber, lalu membanjiri jari – jari tangan saya yang kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Dan itu yang membuat saya merasa benar – benar hidup. Senang rasanya ketika merasa kalau diri kita bisa berguna untuk orang lain. walaupun dalam konteks yang sangat sederhana sekali yaitu mengajar. Terharu saya rasakan ketika melihat kemajuan dari masing – masing anak, walaupun hanya secuil, tapi itu sangat berarti sekali bagi saya. Itu seperti kejutan – kejutan kecil yang manis yang akan menambah semangat saya.

Terkadang mereka, anak - anak itu seperti petasan cabe rawit yang berisik, cerewet dan banyak nuntut. Tapi kadang mereka juga sangat manis dan penurut. Sangat khas anak – anak sekali. Dari situ saya pun belajar bahwa kesabaran adalah kunci yang harus dipegang oleh tiap pengajar. Begitu banyak kisah lucu dan haru saya lalui bersama mereka. Dari mereka yang awalnya malu – malu sampai mereka yang sekarang sering membuat saya malu (haha), kemajuan -kemajuan mereka yang membuat saya haru, kisah permusuhan gank wulan dan gank nadia yang berakhir damai, kisah agresi dari “gank selepetan-bamboo-peluru-kertas” yang pada akhirnya mereka pun bergabung menjadi anak – anak SR, games-games aneh, main benteng, main bola, buat drama, baca puisi, bikin PR, ah,, banyak sekali hal yang sudah saya lewati bersama mereka. Semoga saja regenerasi di LPPMD terus concern ke program ini, karena hal ini merupakan wujud dari pengabdian kepada masyarakat dan pendidikan yang sangat realistis menurut saya.

Satu hal yang saya amini , ketika seseorang memberikan suatu energi yang baik ke lingkungannya, energi baik itu tidak akan pernah hilang, mereka akan kembali ke tubuh orang itu dengan cara yang lain. semangat dan kepuasan batin yang saya rasakan. apalagi yang lebih baik dari itu. Kita bisa mementingkan diri sendiri dengan mementingkan orang lain terlebih dahulu. Karena dengan itu kita akan merasakan sesuatu yang baik untuk diri kita sendiri. Saya menyebutnya Egoisme yang positif. Hal- hal yang kita berikan itu tidak akan hilang, mereka akan datang kembali lewat bentuk yang unik dan cara – cara yang tidak akan kita duga. Dan pastinya egoisme positif itu menyenangkan.

0 komentar:

Posting Komentar